Kembangkan Potensi Anak dengan Nutrisi Seimbang
A
A
A
Dalam mengembangkan potensi anak sejak dini, kebanyakan para orang tua memang harus mengetahui potensi yang dimiliki si anak. Di samping itu, pemberian nutrisi seimbang dan stimulus menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensinya.
Memberikan nutrisi lengkap dan seimbang pada masa awal kehidupan anak hingga dua tahun pertamanya telah terbukti memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak, serta kesehatan jangka panjang.
Sebab, menurut Professor of Pediatrics Queens University, Kingston, Kanada, Prof Geoffrey John Cleghorn, nutrisi tidak hanya dipercaya mampu memengaruhi sistem kekebalan tubuh, juga dipercaya untuk perkembangan otak dalam meningkatkan kemampuan kognitif atau kecerdasan otak. Namun, menurut dokter spesialis anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)-FKUI, Dr Soedjatmiko SpA(K) MSi, nutrisi seimbang juga mampu meningkatkan potensi anak sejak dini dan menciptakan perilaku anak.
“Karena, nutrisi mampu memberikan dampak untuk perubahan dari waktu ke waktu mulai struktur otak atau fungsinya dalam jangka panjang,” sebut Prof Geoffrey dalam simposium RSIA Hermina Podomoro bersama MeadJohnson dengan tema “Role of Nutririon in the Developing Brain” yang diselenggarakan di Manhattan Hotel Jakarta pada beberapa waktu lalu. dr Soedjatmiko menyebutkan, hal tersebut juga bergantung pada input sistem sensorik (apa yang dilihat, didengar, dan dirasa) yang didapat oleh si anak alias didukung juga oleh faktor eksternal mereka.
“Tidak sekadar pemberian nutrisi yang cukup, para orang tua juga memiliki peran penting dalam memberikan stimulus yang merupakan bagian faktor eksternal tersebut,” sebut dokter yang berpredikat magister sains psikologi perkembangan, Fakultas Psikologi UI. Sebab, dia juga mengatakan, pemberian stimulus akan menghasilkan kecerdasan otak yang berbeda ketimbang anak yang tidak diberikan stimulus.
“Hal itu terlihat dari cara kecepatan dalam mengenali sesuatu, terutama masalah emosi sosial yang menjadi modal utama untuk berinteraksi dengan orang lain, bertoleransi, dan lain-lainnya,” sebut dr Soedjatmiko. Di samping itu, dr Geoffrey mengatakan, peranan stimulus adalah cara yang paling dominan dalam menjadikan anak aktif.
Stimulasi bisa dilakukan dengan cara mengajak anak bicara sejak kecil, mengajarkannya lebih interaktif agar komunikatif dengan orang lain, diperkenalkan tentang hal-hal baik, dan lain-lainnya. “Nantinya pemberian nutrisi dibantu dengan pemberian stimulus tersebut akhirnya mampu membentuk perilaku dan mengembangkan potensi anak yang dikeluarkan melalui verbal maupun nonverbal,” ujar dr Soedjatmiko.
Dalam mengembangkan potensi anak, para orang tua juga harus bisa mengenali potensi anak yang pada akhirnya potensi ini bisa semakin berkembang. “Para orang tua tidak disarankan mengatur atau melarang anak alias otoriter, tetapi mereka harus memberikan kebebasan kepada anak,” katanya.
Dalam mengembangkan potensi anak, menurut dr Soedjatmiko, para orang tua memang harus mengetahui potensi yang dimiliki si anak. Di samping itu, pemberian nutrisi seimbang dan stimulus menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensinya.
Rehdian khartika
Memberikan nutrisi lengkap dan seimbang pada masa awal kehidupan anak hingga dua tahun pertamanya telah terbukti memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak, serta kesehatan jangka panjang.
Sebab, menurut Professor of Pediatrics Queens University, Kingston, Kanada, Prof Geoffrey John Cleghorn, nutrisi tidak hanya dipercaya mampu memengaruhi sistem kekebalan tubuh, juga dipercaya untuk perkembangan otak dalam meningkatkan kemampuan kognitif atau kecerdasan otak. Namun, menurut dokter spesialis anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)-FKUI, Dr Soedjatmiko SpA(K) MSi, nutrisi seimbang juga mampu meningkatkan potensi anak sejak dini dan menciptakan perilaku anak.
“Karena, nutrisi mampu memberikan dampak untuk perubahan dari waktu ke waktu mulai struktur otak atau fungsinya dalam jangka panjang,” sebut Prof Geoffrey dalam simposium RSIA Hermina Podomoro bersama MeadJohnson dengan tema “Role of Nutririon in the Developing Brain” yang diselenggarakan di Manhattan Hotel Jakarta pada beberapa waktu lalu. dr Soedjatmiko menyebutkan, hal tersebut juga bergantung pada input sistem sensorik (apa yang dilihat, didengar, dan dirasa) yang didapat oleh si anak alias didukung juga oleh faktor eksternal mereka.
“Tidak sekadar pemberian nutrisi yang cukup, para orang tua juga memiliki peran penting dalam memberikan stimulus yang merupakan bagian faktor eksternal tersebut,” sebut dokter yang berpredikat magister sains psikologi perkembangan, Fakultas Psikologi UI. Sebab, dia juga mengatakan, pemberian stimulus akan menghasilkan kecerdasan otak yang berbeda ketimbang anak yang tidak diberikan stimulus.
“Hal itu terlihat dari cara kecepatan dalam mengenali sesuatu, terutama masalah emosi sosial yang menjadi modal utama untuk berinteraksi dengan orang lain, bertoleransi, dan lain-lainnya,” sebut dr Soedjatmiko. Di samping itu, dr Geoffrey mengatakan, peranan stimulus adalah cara yang paling dominan dalam menjadikan anak aktif.
Stimulasi bisa dilakukan dengan cara mengajak anak bicara sejak kecil, mengajarkannya lebih interaktif agar komunikatif dengan orang lain, diperkenalkan tentang hal-hal baik, dan lain-lainnya. “Nantinya pemberian nutrisi dibantu dengan pemberian stimulus tersebut akhirnya mampu membentuk perilaku dan mengembangkan potensi anak yang dikeluarkan melalui verbal maupun nonverbal,” ujar dr Soedjatmiko.
Dalam mengembangkan potensi anak, para orang tua juga harus bisa mengenali potensi anak yang pada akhirnya potensi ini bisa semakin berkembang. “Para orang tua tidak disarankan mengatur atau melarang anak alias otoriter, tetapi mereka harus memberikan kebebasan kepada anak,” katanya.
Dalam mengembangkan potensi anak, menurut dr Soedjatmiko, para orang tua memang harus mengetahui potensi yang dimiliki si anak. Di samping itu, pemberian nutrisi seimbang dan stimulus menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensinya.
Rehdian khartika
(bbg)